
Dear Anirevez,
Apa kabar Anirevez dan pembaca KOKI MAYA ? Sudah pada bangun & melek semua ? Bagus ! Eh, anda pernah mendengar kata "Tau aah gelap" waktu ngobrol dengan teman2 ? Saya yakin hampir semua pasti pernah mendengarnya. Biasanya ucapan ini muncul waktu si pembicara mentok tidak tau bagaimana menjawab pertanyaan si penanya. Atau, malahan yang
bicara benar-2 tidak mau perduli pertanyaan seseorang alias EGP. Ouch ... Arrgh ... (perih ceuceu !). Okay, kali ini saya tidak
berpanjang-kata menerangkan "tau aah gelap". "Bagaimana kalau anda, teman and kerabat anda benar-2 gelap, bukan lampu mati, tapi karena kebutaan ?" Urusannya jadi serius, bukan ?
Kawan2, terus saya sesungguhnya terbilang buta tentang hidup orang buta ini. Trus, mulailah saya tanya kira kanan, atas bawah (kan naik turun escalator ? He..he..), bagaimana keberadaan orang-orang yangpunya problem visual ini. Dahulu, tanpa sengaja saya berdiri dekat tunanetra yang lagi naik MUNI yang penuh penumpang. MUNI (com-MUNI-ty) adalah nama angkot San Francisco yang bisa berupa bis atau street car (agar mudahnya, ingat aja Asmuni !). Si tunatetra ini kebetulan duduk
bersama bersama anjing-nya di deretan bangku depan khusus buat "disabled" & "senior". Entah gimana awalnya, mulailah saya mengobrol ringan di atas bis bersama Nikita (sebut aja gitu). Ternyata anjing si Nikita ini adalah lulusan sekolah anjing khusus buat tunanetra. So, bukan anjing kampung sembarangan. :) Anjing yang dikenal sebagai "eye dog" ini duduk tenang di dekat kaki tuan eh nona-nya. Jenis anjing yang dibawa Nikita waktu itu adalah German Sheperd dan kabarnya ini
gratis buat yang membutuhkannya. Dari obrolan, saya baru ngeh kalau pelatih "aid dog" haruslah ikutan "Diklat" (Pendikan & Latihan) serta magang untuk mendapat sertifikasi sebagai Certified California State Guide Instructor. Hebatnya lagi, San Francisco State University adalah satu-satunya Universitas di dunia yang menawarkan program Dual Master Degree "Special Education" dan "Dogs Mobility Traning". Uuuh, keren yaa ! Berikut link-nya : http://www.guidedogs.com/
Independence, Equality dan Dignity adalah 3 kata kunci yang saya lihat dari kehidupan tunanetra di Amerika Serikat ! Kemana-mana menjelajah kota tanpa bergantung orang lain betapa pentingnya buat tunanetra. Di San Francisco dan kota-kota lain di Amrik, selain bersama anjing pembantu, anda mungkin akan melihat tunanetra yang berjalan dengan tongkat ajaib-nya, sendirian atau bersama sesamanya. Juga bisa telpon taxi atau paratransit (kendaraan antar jemput buat mereka). Seringkali saya terkesan bahwa dengan tongkat dan "photograhic memory", mereka bisa merambah ke-mana-mana di penghujung kota ! Selain berjalan, saya perhatikan akses dan kemudahan berupa Huruf Braille buat tunanetra ini gampang ditemui di tempat-tempat umum, seperti halte bis, stasiun kereta, perpustakaan umum, dan park. Tanda atau informasi petunjuk buat tunanetra dalam bentuk serupa domino ini banyak terpampang jelas di tembok yang gampang dicapai oleh si buta. Mungkin Kokiers yang tinggal di Paris bisa cerita sedikit tentang Museum Braille di Perancis ! Anyone ? Di perempatan jalan di downtown San Fran, terkadang ada bunyi "tweet-tweet" berisik waktu nyebrang jalan ? Itu adalah "talking sign" untuk membantu tunanetra untuk melintasi jalan raya ! Mau nelpon ? Well, tentu sekarang cell phone eh HP kan tersedia di mana-2. Saya perhatikan beberapa tunanetra sudah memakai telepon genggam dengan voice activation di sini. Apalagi, Kongress AS sudah mengundangkan bahwa kemudahan telekomunikasi harus menjangkau semua orang dengan disability, termasuk tunanetra. Equality ! Kadang memang kita temui tulisan TTY, ini adalah semacam akses buat tuna wicara dan tuna rungu Amrik berkomunikasi dengan mengetik berbagai pesannya. Hmm... Just in case, kalau anda mau menghadiahkan sesuatu buat teman, kerabat atau kenalan anda yang tunanetra, berikut situs menarik buat shopping hadiah khusus buat mereka : www.independentliving.com & http://www.afb.org/message_board_subjects.asp?FolderID=6
Zaman dotcom boom 2000-an, saya pernah satu kelas Cisco Networking bersama seorang tunanetra. Namanya juga kelas networking, mau gak mau, kita diajarin coding dan berbagai macem jenis cable warna-warni untuk computer network. Okay, kita panggil aja nama mahasiswa ini Mario. Oops ? Gile aje, Mario in, pikirku ! "Jangankan tunanetra, kita yang bisa ngliat aja dibikin bingung ngebedain lubang telepon atau lubang router ?". Apalagi, kudu ngebedain warna cable, nyolokin ke
routers, belum lagi kesandung CAT-5 cable. Walah ? Jangan salah dulu, mata boleh gak lihat tapi IQ tetap encer ! Itulah Amrik ! Dengan didampingi aid dog, tongkat plus special ed teacher, Mario dan seisi kelas mengikuti kelas Networking seperti gak ada apa2. Belakangan baru mata saya terbuka bahwa Cisco memang memang punya inisiatif untuk memberi akses kepada semua penyandang tuna, khususnya tunanetra, dengan teknologi yang mengubah teks menjadi suara Voice Over IP. So, urusan log on computer, nge-cek e-mail, browsing web menjadi lebih gampang buat kawan2 kita yang punya masalah penglihatan ini. Untuk itu Cisco mendapatkan Hellen Keller Achievement Award Mei lalu. Coba yang ini : http://www.cisco.com/web/learning/netacad/success_stories/Tony.html. Jangan main2 dengan akses internet yang sama rata ini ! Bisa2 berurusan dengan yang berwajib. Baru-baru ini ada seorang mahasiswa tunanetra di Berkeley sini yang menuntut Target, salah satu retailer terkemuka di US. Apa pasal ? Simple, karena dia kagak bisa mengakses situs web-nya untuk online shopping !
Summer lalu saya mendapat kehormatan (untung belum kehilangan ya ? he..he...) dan menyempatkan diri ber-volunteer-ria buat tunanetra yang suka mampir ke Lighthouse, San Francisco. Ini adalah semacam organisasi non profit yang membantu tunanetra dan orang yang punya problem visual. Di sini tunanetra bisa punya akses untuk rehabilitasi mental, tempat sosialisasi, ikut music & art program, mengembangkan karir, main computer game dan ngedengerin radio khusus tunanetra,
bahkan berbelanja barang khusus buat mereka. O ya, selain buku2 Braille, saya perhatikan ada brosur2 dengan font yang besar-2 dan embossed. Yang terakhir ini untuk individu dengan penglihatan kurang (burem atau rabun). Ngapain aja waktu volunteer ? Saya pilih membantu tunanetra "grocery shopping". Berikut sedikit ceritaya. Orang pertama yang saya bantu adalah computer programmer tunanetra lulusan Universitas Tenesse. Dude, si Jacques ini (panggil aja begitu) keren-nya minta ampun ! Pake kemeja kantoran, dasi, suspender, celana rapi jali dan topi ! Juga I-pod Nano nempel di salah satu telinga-nya ! Yang menunjukkan kalau si doi tunanetra adalah tongkat dan kacamata hitam yang gak pernah lepas kalo di dalam gedung. Berhubung Jacques ini bilingual Perancis & Inggris - imigran asal Africa koloni Perancis - percakapan kita kadang dibumbui English & my survival French. Voila ! Dari Jacques ini, saya belajar bahwa kita musti aktif ngomong kalau
sedang membantu orang buta. Jangan sekali-kali pegang2 & colek2 pundak atau menggeret tangan si tunanetra, apalagi ninggalin di ruangan baru yang kosong dan jauh dari benda2 yang bisa dipegang seperti tembok atau furnitur. Ini membingungkan mereka ! Pertama dan terutama, saya perkenalkan diri dulu, kemudian baru menawarkan tangan (elbow) untuk menggandeng dia berbelanja. Saat shopping, saya musti tanya dulu apa2 yang si Jacques maui. Trus, baru kita mulai mengambil item-nya. Kebetulan dia mau beli sabun mandi. Trus, gua tanya mau yang mana. Dia sebut merk Dove, kalau gak salah. Dan saya sebutkan harganya. Trus, dia coba mencium aroma-nya. Kemudian setelah OK, kita beralih ke aisle
lain di grocery store. Dia bilang, mau beli Chips. Ooops ! Si Jacques ini tahu benar apa yang dia mau beli. Maunya, Chips dengan rasa Jalapeno (semacam cabe) dan cheese. Waduh ? Pusinglah saya, karena saya memang bukan snack-monster ! Tapi, karena niat sudah bulat, saya bacakan beberapa chips beken dan akhirnya kita dapetkan juga chips favoritnya itu. Trus, terakhir dia mau beli Starbuck coffee. Gua keliru nyambar kopi jenis bubuk ! Setelah ngomong lagi, maksudnya adalah Starbuck Coffee dingin dalam botol. Yak ilah ! So, dari interaksi ini gua benar-benar ngarti kalo interaksi kata2 betapa
pentingnya buat si tunanetra ! Habis itu, gua gandeng si Jacques ke kasir untuk bayar. Nah, inilah saatnya si Jacques buka dompet dan mengeluarkan duitnya. Gua perhatikan dia simpan coins di kantong tertentu, dan dia pisahkan uang-uang kertasnya (bill $1 sendiri, juga 5/10/20 dollar) supaya gak lupa. Trus untuk gampangnya, dia bayar pake debit card. Setelah itu, dengan presisi tinggi Jacques memencet PIN number di keypad ! Neat ! Tiba-2 ada bunyi beep beep ! Eh, ternyata jam tangan khusus lagi mengabarkan waktu buat pemiliknya. He...he... :) Merci Beacoup, Jacques ! Melalui orientasi, saya dikasi info agar tidak sekali-kali nekad ngajak tunanetra ke daerah magazine atau novel tanpa permisi ! Bisa-2 dianggap kurang sensitif !
Mungkin banyak anda yang belum ngeh gimana tunanetra mengakses internet atau computer. Lewat beberapa tunanetra San Francisco ini, saya baru tahu kalo ada yang namanya computer khusus buat tunanetra dengan memakai screen reader software. Barangkali flat screen mutakhir kurang begitu perlu ya. Yang krusial adalah piranti bersuara yang membaca isi situs web yang sedang diklik. Dua program yang saya tahu dari mereka adalah JAWS (Job Access With Speech) di www.freedomscientific.com dan Window Eyes www.gwmicro.com/Window-Eyes/. Dua program pertama ini kudu bayar.
Baru-baru ini sepasang tunanetra dari Inggris meluncurkan screen-reader gratisan buat orang-orang buta. Kalau anda, kawan atau kerabat anda berminat, bisa coba shareware yang dinamai "Thunder" ini di www.screenreader.net. Ribet ? Well, not really ! Bisa karena biasa, bukan ?
Apa kabar tunanetra di Indonesia ? Saya kurang tahu. Saya menduga hidup dan mobilitas tunanetra di Indonesia lebih keras ! Kebanyakan jalan2 di US lurus-2, tidak banyak gang dan rambu2 lalu lintas teratur. Coba anda bayangkan tunanetra yang terjebak dalam keramaian dan liku2 keruwetan jalan di Blok M atau Pasar Baru atau kesasar di jalanan naik turun ? Meski kadang perlu bantuan, saya kira tunanetra tidak perlu dikasihani. Kawan2 kita ini perlu penghargaan sama seperti manusia lainnya. Interaksi paling jauh yang saya alami di Ibukota adalah dipijat kaki oleh pemijat tunanetra. Dari sini, iseng-iseng
saya google kata "pemijat tunanetra Indonesia", eh tiba-tiba saya temukan site-nya "Persatuan Tunanetra Ahli Pijat Indonesia" (Pertapi). Semboyan-nya boleh juga tuh. Kami pijat, anda sehat, kita sejahtera ! Semoga pembaca KOKI di Indo mau memakai jasa kawan2 pemijat yang tunanetra ini !
Eh, ternyata ada yayasan di Indonesia yang khusus membantu memberdayakan kaum tunanetra Indonesia, yakni www.mitranetra.or.id ! Ada yang lainnya ? Lewat situs Mitranetra, saya terpesona karena proyek IT mereka masuk sebagai finalis The Stockholm Challenge 2006. Impressive, bukan ? Yang terakhir ini adalah program networking global
untuk entrepreneur informasi dan teknologi komunikasi untuk memperbaiki kondisi kehidupan ekonomi di berbagai belahan dunia ! Saya salut buat mereka yang bekerja keras untuk organisasi ini ! O ya, saya mengenal Mitranetra, setelah bertukar e-mail dengan blogger, kolumnis dan "game composer for the blind" dari Indonesia. Namanya Rama Aditya. Mas Rama ini tunanetra. KOKIERS bisa mengunjungi dan say hii di sini http://www.ramaditya.com/ ! Bravo Rama Himura !
Screen reader ber-Bahasa Indonesia buat tunanetra ? Dari Rama, saya tahu bahwa kebanyakan tunanetra Indonesia memakai JAWS yang saya sebut di atas tadi. Bagaimana dengan mereka yang tidak bisa berbahasa Inggris ? Eh, ternyata ada satu insinyur elektro ITB, Dr. Arry Ahmad Arman, yang sedang sibuk menyelesaikan piranti yang memungkinkan kaum tunanetra Indonesia bisa memakai computer yang bisa ngomong Bahasa Indonesia. Dan pada gilirannya bisa ngebaca KOKI kita ini tanpa bantuan orang lain. Prof Arman ini rupanya sudah berhasil menciptakan Indo-TTS (Text to Speech, bukan Teka Teki Silang) versi Bahasa Indonesia di tahun 2000. Karena temuan ini, beliau menggondol gelar Doktor dari ITB serta mendapat penghargaan Presiden Megawati tahun 2004 ! Apakah Indo-TTS sudah bisa dipakai tunanetra Indonesia saat ini ? Rupanya belum ! Lewat artikel di Mitranetra September lalu saya dapati bahwa masih ada kesulitan teknis untuk mengawinkan secara manis Indo-TTS dengan JAWS screen reader. Mungkin tahun depan ! Terus terang saya bermimpi suatu saat kelak si Zev akan menerima e-mail langsung dari tunanetra Indonesia karena kesuksesan TTS dan kaum tunanetra Indonesia semakin tahu bahwa banyak orang Indonesia lain yang tersebar di 5 penjuru benua ! Luar biasa, bukan ? Situs pribadi Prof Arman ada
di http://indotts.melsa.net.id/aa/ ! O ya, untuk artikel tentang TTS, link-nya adalah http://www.mitranetra.or.id/news/index.asp?lg=1&id=219062818&mrub=2
Akhirnya, saya mendapati bahwa orang buta seringkali lebih bisa "melihat" apa yang tidak bisa dilihat oleh mata orang biasa.
Ironisnya, banyak orang bisa melihat tetapi mata hatinya buta. Tak henti-hentinya saya mentakjubi pribadi-2 menarik nan tangguh dari sejumlah tunanetra yang saya temui musim panas lalu. Si-buta-lah yang justru meyakinkan saya bahwa kebutaan bukanlah kutukan, hukuman, keterbatasan atau cacat yang harus disesali, melainkan tantangan yang harus terus dihadapi dengan berani. Si-buta-lah yang mengajarkan bahwa satu dua jam bersama mereka tanpa embel-2 duit amatlah berarti buat hidup mereka. Si-buta-lah yang mencelikkan mata hati saya untuk lebih banyak berbuat sesuatu dengan sepenuh hati, sekuat tenaga, semampu kita, dalam hidup yang pendek ini ! Apalagi, dengan kelengkapan panca indera kita.
Tiba-tiba mata saya basah. Saya sadari bahwa meneteskan air mata, menangis, melek, merem, melotot, mengerling, melirik, mengedip, memincingkan mata, memejam, menonton, memandang, melihat, mengintip (yang positif) bahkan klilipan (asal bukan debu berbahaya) adalah anugerah semata. Sayangnya, kita seringkali memandang dua bola mata dengan sebelah mata, take it for granted ! Lewat tunanetra, saya memaknai betapa pongahnya manusia yang cuma mengandalkan "kerja keras" dan "kesempatan" semata dalam hidup ini ! Counting the blessing without believing this insight is pointless ! Saya justru percaya keajaiban serta keadilan manakala orang buta dapat mengatasi halangan jasmani-nya serta mewujudkan cita-cita luhurnya secara luar biasa ! Pendeknya, I SEE THE WORKS OF WONDER IN STEVIE WONDER, si penyanyi buta beken yang melantunkan "I just called to say I love you" itu ! :)
Tau ah Gelap ? Bukan, pembaca ! Habis gelap terbitlah terang ! Biarlah terang itu semakin benderang buat tunanetra di Indonesia !
Salam kedip-kerling dari City by the bay,
Pitajingga@gmail.com